https://twitter.com/rhezafido8. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Me

Me

Menceritakan Contoh Kasus dalam Penanganan Sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta

Analisis SWOT dalam Penanganan Sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta

1.      Pendahuluan
Seperti halnya dengan Negara Indonesia dan kota-kota di Indonesia lainnya, Kota Surakarta juga melakukan pembangunan di berbagai bidang. Tetapi sepertinya pembangunan di Kota Surakarta sekarang ini lebih condong ke pembangunan ekonomi dan fisik kota. Pembangunan ekonomi terlihat dari munculnya pabrik-pabrik, sekolah, mall, rumah sakit, apartemen dan saranasarana umum lainnya yang dapat meningkatkan investasi dan pendapatan asli daerah. Sedangkan pembangunan fisik kota terlihat dari renovasi Manahan, renovasi Taman Balekambang, taman di dekat terminal tirtonadi, relokasi PKL di Banjarsari ke Pasar Notoharjo, perbaikan pasar legi, pasar Nusukan, dan lain-lain.
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kota Surakarta mendorong penduduk yang tinggal di desa atau daerah lain untuk pindah ke Kota Surakarta sehingga mengakibatkan  eningkatnya arus urbanisasi. Pertambahan penduduk baik karena pertambahan alamiah atau karena urbanisasi telah mengakibatkan semakin tingginya jumlah sampah yang dihasilkan tiap hari. Sampah yang dihasilkan pada dasarnya merupakan sebuah konsekuensi dari aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia pasti akan menghasilkan sampah yang jumlahnya akan sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau sesuatu yang kita gunakan sehari-hari.

2.      Permasalahan
TPA Putri Cempo sebagai satu-satunya tempat pembuangan akhir sampah di Kota Surakarta kondisinya sudah mulai overload. Seperti diungkapkan oleh Kepala Seksi Kebersihan Lingkungan, Bapak Gatot Susanto bahwa kapasitas TPA sudah maksimal. Sebenarnya TPA sudah tidak mampu menampung sampah. Pernyataan tersebut didukung oleh Staf Seksi Pemusnahan Sampah TPA Putri Cempo, Bapak Susianto. Beliau mengatakan bahwa TPA Putri Cempo pada awalnya diprediksi akan beroperasi selama 15 tahun. Namun sampai sekarang masih beroperasi dan lahan yang tersisa hanya tinggal 1 hektar (majalah Visi, 2008 : 35). TPA Putri Cempo dibangun pada tahun 1986 dan mulai beroperasi pada tahun 1987. usia teknisnya 15 tahun. Berarti TPA Putri Cempo seharusnya sudah tidak digunakan lagi mulai tahun 2002, tapi kenyataannya sampai sekarang TPA Putri Cempo masih digunakan sebagai satu-satunya TPA di Kota Surakarta.
Kondisi TPA Putri Cempo yang bermasalah diperparah lagi dengan kondisi peralatan yang ada di TPA Putri Cempo. Sebanyak tiga Bulldozer sudah tidak memadahi. Selain itu, peralatan backhoe dan wheel loader sudah overhole (Joglosemar, 24 November 2008, hal. 4). Pada tahun 2007 dan 2008, Kota Surakarta gagal meraih Adipura dan kegagalan itu dikabarkan karena masalah sampah. Pelaksana Tugas Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik dan Usaha Skala Kecil, Kementrian Lingkungan Hidup, Tri Bangun L Soni mengatakan bahwa dari segi fisik penampilan kota baik kebersihan kota, keindahan taman, jalan dan sebagainya Surakarta meraih nilai tinggi tetapi giliran pengelolaan sampah nilai yang diperoleh jauh dari kota-kota yang lain (http://promojateng-bikk.com). Apalagi sekarang ini sektor pariwisata sedang gencar dikembangkan di Kota Surakarta sehingga tentu menuntut adanya lingkungan yang bersih dan indah agar mampu menarik wisatawan.
Pembangunan TPA Putri Cempo pernah membuat prestasi membanggakan bagi Kota Surakarta yaitu pada tahun 1986 sampai 1992 Surakarta berhasil meraih penghargaan Adipura dan Adipura Kencana dari pemerintah pusat. Salah satu kunci sukses dalam meraih penghargaan tersebut adalah model pengelolaan sampah yang digunakan yaitu Sanitary Landfill. Namun sejak tahun 1993 karena keterbatasan biaya dan tenaga Sanitary Landfill diganti Open Dumping. Pada awal penerapannya Open Dumping menjadi solusi alternatif penanganan sampah di TPA Putri Cempo. Namun ketika lahan di TPA Putri Cempo semakin terbatas, kelemahan dari Open Dumping mulai terlihat. Sampah menjadi tidak tertata rapi dan mengundang banyak lalat.

3.      Kesimpulan

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah sampah di Kota Surakarta mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 sebesar 277,80 ton per hari, kemudian meningkat menjadi 281,00 per hari pada tahun 2007. Sedangkan jumlah sampah yang terangkut per hari justru mengalami penurunan yang semula pada tahun 2006 sebesar 236,98 ton menurun menjadi 223,71 ton pada tahun 2007, sehingga sampah yang terkumpul di TPA pun mengalami penurunan yaitu pada tahun 2006 sebesar 86.498,070 ton menjadi 81.654.278 ton pada tahun 2007. Penurunan jumlah sampah yang terangkut per hari ini kemungkinan dikarenakan kurangnya tenaga penanganan sampah maupun sarana penanganan sampah sudah banyak yang rusak atau melebihi umur teknis pemakaian.

Dari berbagai gambaran diatas, sepertinya penanganan sampah yang dilakukan oleh DKP Kota Surakarta masih belum maksimal. Supaya penanganan sampah dapat maksimal maka dibutuhkan adanya perencanaan strategis yang baik dan jelas. Berdasarkan hasil prasurvey yang telah dilakukan peneliti tanggal 25 November 2008 melalui analisis dokumen, ditemukan adanya kelemahan dalam perencanaan strategis di DKP Kota Surakarta. Kelemahan perencanaan strategis tersebut terkait lingkungan internal dan eksternal (Analisis SWOT) yang belum dianalisis secara mendalam.



Sumber referensi:

https://idtesis.com/analisis-swot-dalam-penanganan-sampah-oleh-dinas-kebersihan-dan-pertamanan-kota-surakarta/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perencanaan Organisasional

Perencanaan Organisasi
    Perencanaan adalah proses menentukan bagaimana organisasi dapat mencapai tujuannya, dimana ditujukan pada tindakan yang tepat melalui melalui proses analisa, evaluasi, seleksi diantara kesempatan-kesempatan yang diprediksi terlebih dahulu. Pengorganisasian adalah suatu proses pembentukan kegunaan yang teratur untuk semua sumber daya dalam sistem manjemen. Penggunaan yang teratur tersebut menekankan pada pencapian tujuan sistem manajemen dan membantu wirausahawan tidak hanya dalam pembuatan tujuan yang nampak tetapi juga didalam menegaskan sumber daya yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
       Tujuan Perencanaan adalah membentuk usaha yang terkoordinasi dalam organisasi. Perencanaan organisasional mempunyai dua tujuan. Tujuan pertama adalah perlindungan (protective)  meminimisasikan resiko dengan mengurangi ketidakpastian di sekitar kondisi bisnis dan menjelaskan konsekuensi tindakan manajerial yang berhubungan. Tujuan kedua kesepakatan (affirmative) meningkatkan tingkat keberhasilan organisasional.
     
     Henry Fayol telah mengembangkan 16 garis pedoman umum yang bisa digunakakn ketika mengorganisasi sumber daya-sumber daya, yaitu :
1.      Menyiapkan dan melaksanakan rencana operasional secara bijaksana.
2.    Mengorganisasi faset kemanusiaan dan bahan sehingga konsisten dengan tujuan, sumber daya, dan kebutuhan dari per soalan tersebut.
3.      Menetapkan wewenang tunggal, kompeten, enerjik, dan menuntun.
4.      Mengkoordinasi semua aktivitas-aktivitas dan usaha-usaha.
5.      Merumuskan keputusan yang jelas, berbeda, dan tepat.
6.    Menyusun seleksi yang efisien sehingga tiap-tiap departemen dipimpin oleh seorang manajer yang kompeten, enerjik, dan tiap-tiap karyawan ditempatkan pada tempat dimana dia bisa menyumbangkan tenaganya secara maksimal.
7.      Mendefinisikan tugas-tugas.
8.      Mendorong inisiatif dan tanggung jawab.
9.      Memberikan balas jasa yang adil dan sesuai bagi jasa yang diberikan.
10.  Memfungsikan sanksi terhadap kesalahan dan kekeliruan.
11.  Mempertahankan disiplin.
12.  Menjamin bahwa kepentingan individu konsisiten dengan kepentingan umum dari organisasi.
13.  Mengakui adanya satu komando.
14.  Mempromosikan koordinasi dahan dan kemusiaan.
15.  Melembagakan dan memberlakukan pengawsan.
16.  Menghindari adanya pengaturan, birokrasi, dan kertas kerja.

Keuntungan dan kerugian dalam pembagian tenaga kerja.
   -   Pekerja berspesialisasi dalam tugas tertentu sehingga keterampilan dalam tugas tertentu   meningkat,
       -    Tenaga kerja tidak kehilangan waktu dari satu tugas ke tugas yang lain.
     -   Pekerja memusatkan diri pada satu pekerjaan dan membuat pekerjaan lebih mudah dan efisien, dan
     -   Pekerja hanya perlu mengetahui bagaimana melaksanakan bagian tugas dan bukan proses keseluruhan produk.
Selain keutungan pembagian tenaga kerja terdapat juga kerugian pembagian tenaga kerja. Berikut ini adalah kerugian pembagian tenaga kerja.
 - Pembagian kerja hanya dipusatkan pada efisiensi dan manfaat ekonomi yang mengabaikan   variabel manusia.
   -     Kerja yang terspesialisasi cenderung menjadi sangat membosankan yang akan berakibat tingkat produksi menurun.

Menurut Chester Bernard, akan makin banyak perintah manajer yang diterima dalam jangka panjang apabila terdapat hal-hal mengenai
·   Saluran formal dari komunikasi digunakan oleh manager dan dikenal oleh seluruh organisasi.
·      Tiap anggota organisasi telah menerima saluran komunikasi formal melalui dia menerima perintah.
·         Lini komonikasi antara manager dan bawahan bersifat secara langsung.
·         Rantai komando yang lengkapdi gunakan untuk mengeluarkan perintah.
·         Manager memiliki keterampilan komunikasi yang memadai.
·         Manager menggunakan lini komunikasi formal hanya untuk urusan organisasional.
·         Suatu pemerintah secara otentik memang berasal dari manager.





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wirausaha

        Wirausaha dari segi etimologi berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, berbuat sesuatu. Sedangkan Wirausahawan menurut Joseph Schumpeter (1934) adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk :
  1. Memperkenalkan produk baru
  2. Memperkenalkan metode produksi baru
  3. Membuka pasar yang baru (new market)
  4. Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru
  5. Menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
        Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang  lebih besar. Kewirausahaan berasal dari bahasa perancis disebut entrepreneurship dan kalau diterjemahkan secara harfiah punya pengertian sebagai perantara, diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal .
        Perilaku- perilaku seorang wirausaha yang harus dimiliki diantranya adalah perilaku kerja keras. Saya yakin anda sudah mengetahui definisi dari kerja keras ini, maksud dari kerja keras adalah perilaku yang tidak mudah menyerah, tidak mudah mengeluh dan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan sampai selesai. Seorang wirausaha yang bekerja keras akan mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada untuk kepentingan pribadi dan usahanya (tidak ada waktu yang terbuang sia-sia). Perilaku seorang wirausaha yang selanjutnya adalah perilaku keyakinan diri. Maksud dari perilaku keyakinan diri adalah suatu perilaku atau sikap percaya diri atau yakin atas kemampuan yang dimiliki, sehingga bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa ragu-ragu dan selalu optimis untuk mencapai kesuksesan dalam usahanya. Perilaku seorang wirausaha yang selanjutnya adalah pengambilan risiko. Maksud dari perilaku yang satu ini adalah seorang wirausaha harus mempunyai keberanian dalam memutuskan suatu keputusan yang ada risikonya, seorang wirausaha juga harus siap menanggung risiko yang akan dihadapinya. Walaupun demikian seorang wirausaha juga dituntut untuk cermat, berhati-hati dan memperhitungkan benar risiko yang akan didapat.
     Kunci penting seorang wirausahawan adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Kunci penting ini akan membuat seorang wirahusaha terus menggembangkan bisnis yang dia miliki, untuk menjadi lebih banyak lagi. Caranya dengan terus melakukan perbaikan inovasi dari produk atau yang dipasarkar. Menuangkan kreativitas pada produk yang akan di inovasi, hal ini akan membuat penikmat produk atau jasa terus menggunakan produk atau jasa si wirahusaha tersebut.

Karakteristik Wirausahawan Menurut McClelland :
  1. Keinginan untuk berprestasi
  2. Keinginan untuk bertanggung jawab
  3. Preferensi kepada resiko-resiko menengah
  4. Persepsi kepada kemungkinan berhasil
  5. Rangsangan oleh umpan balik
  6. Aktivitas energik
  7. Orientasi ke masa depan
  8. Keterampilan dalam pengorganisasian
  9. Sikap terhadap uang
Karakteristik wirausahawan yang sukses dengan Ach tinggi :
  1. Kemampuan inovatif
  2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity)
  3. Keinginan untuk berprestasi
  4. Kemampuan perencanaan realistis
  5. Kepemimpinan terorientasi kepada tujuan
  6. Obyektivitas
  7. Tanggung jawab pribadi
  8. Kemampuan beradaptasi
  9. Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator

Tiga kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi menurut Mc Clelland, yaitu:
  1. Kebutuhan untuk berprestasi (n-Ach). Kebutuhan n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi, karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.
  2. Kebutuhan untuk berafiliasi (n Afil). Kebutuhan untuk Berafiliasi atau Bersahabat (n-AFI) Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi. Mc Clelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.
  3. Kebutuhan untuk berkuasa (n Pow). Kebutuhan akan Kekuasaan (n-POW) Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain.

Sumber-sumber gagasan dalam identifikasi peluang usaha baru, antara lain:
Konsumen, yaitu wirausahawan harus selalu memperhatikan apa yang menjadi keinginan konsumen atau memberi kesempatan kepada konsumen untuk mengungkapkan keinginan mereka.
Perusahaan yang sudah ada, yaitu wirausahawan harus selalumemperhatikan dan mengevaluasi produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang sudah ada dan kemudian mencari cara untuk memperbaiki penawaran yang sudah ada sehingga dapat membentuk peluang baru.
Saluran distribusi, merupakan sumber gagasan baru yang sangat baik karena kedekatan mereka dengan kebutuhan pasar.
Pemerintah, merupakan sumber pengembangan gagasan baru dengan dua cara yaitu melalui dokumen hak-hak paten yang memungkinkan pengembangan suatu produk yang baru, dan melalu peraturan pemerintah terhadap dunia usaha yang memungkinkan muncuknya suatu gagasan tentang usaha baru.
Penelitian dan pengembangan. merupakan suatu kegiatan yang sering menemukan atau menghasilkan suatu gagasan produk baru atau perbaikan terhadap produk yang sudah ada.
Unsur-unsur analisa pulang pokok, terdiri dari:
-          biaya tetap
-          biaya variabel
-          biaya total
-          pendapatan total
-          keuntungan
-          kerugian
-          titik pulang pokok

Pemilikan tunggal (firma) merupakan organisasi bisnis kecil paling umum. Perusahaan dimiliki dan dijalankan satu orang. Hanya memerlukan izin dan mendaftar untuk memulai usaha.
Keuntungan: kewajiban hukum yang dipenuhi hanya sedikit dan tidak semahal bentuk kongsi atau perseroan, pemilik tidak membagi laba dengan siapapun, tidak perlu berkonstultasi dengan sesame pemilik atau rekanan sehingga memiliki kekuasaan membuat keputusan dan pengendalian sepenuhnya, pemilik dapat menanggapi kebutuhan-kebutuhan bisnis dengan cepat dalam bentuk keputusan manajemen sehari-hari, dan pemilikan tunggal biasanya bebas dari pengawas pemerintah dan perpajakan khusus.
Kerugian: kewajiban dan tanggung jawab tidak terbatas atas seluruh utang perusahaan, modal yang tersedia jauh lebuh kecil dibandingkan organisasi bisnis lainnya, dan sukar mendapatkan pembiayaan jangka panjang dan sangat tergantung keterampilan pemilik menyebabkan perusahaan tidak stabil.
Kongsi merupakan asosiasi dari dua orang atau lebih, yang bertindak sebagai pemilik bersama dari sebuah bisnis. Ayat-ayat perjanjian dari kongsi biasanya dirumuskan untuk menentukan sumbangan masing-masing rekanan kepada bisnis.
Keuntungan: formalitas hukum dan pengeluaran-pengeluaran lebih sedikit dibandingkan dengan persyaratan-persyaratan dalam pendirian perseroan, para rekanan termotivasi untuk menerapkan kemampuan terbaik karena ikut mendapatkan laba, lebih mudah mendapatkan modal besar dan memiliki ketarampilan yang lebih luas dibandingkan firma, dan pengambilan keputusan lebih luas dibandngan perseroan.
Kerugian: terdapat kewajiban tak terbatas minimal bagi seorang rekanan, dapat berakhir kapan saja dan dapat dilanjutkan dengan membentuk kongsi baru, kongsi relatif lebih sukar untuk memperoleh modal dalam jumlah besar dibandingkan perseroan, dan rekanan merupakan agen bisnis itu dan tindakan mereka mengikat rekanan lain.
Perseroan merupakan jenis organisasi bisnis paling rumit. Biasanya dibentuk dengan kekuasaan dari sebuah badan pemerintah dan harus menurut hukum dagang, dan peraturan-peraturan pemerintah pusat maupun daerah.
Keuntungan: kewajiban terbatas hanya dalam jumlah saham, kepemilikan dengan mudah dipindahkan keorang lain, memiliki ekstensi hukum yang terpisah, ekstensi perusahaan relative lebih stabil dan permanen sehingga perusahaan dapat berjalan melaksanaan usahanya, pendelegasian kekuasaan pada manajer professional, dan perseroan sanggup menggaji spesialis.
Kerugian: kegiatannya dibatasi oleh akte pendirian sesuai hukum dan perundangan, banyak peraturan pemerintah yang harus diperhatikan, membutuhkan biaya yang besar dalam pendiriannya, dan pajak yang tinggi karena adanya berbagai instasi pemerintah.
Perusahaan yang go public biasanya memperoleh cara mudah untuk mendapatkan modal tambahan terutama utang. Tidak hanya pembiayaan hutang tetapi modal ekuitas masa depan lebih mudah diperoleh ketika diperoleh kenaikan harga saham.
Keuntungan: diperolehnya modal ekuitas baru, diperoleh nilai dan kemampuan dialihkan dari aktiva organisasi, kemampuan untuk mendapatkan dana dimasa depan dengan relative lebih mudah, dan mendapatkan prestise.
Kerugian: hilangnya fleksibilitas dan meningkatnya beban administrasi yang diakibatkannya.
Penyediaan sumber daya manusia yang semestinya adalah sangat penting bagi wiraswastawan. Produktivitas pada semua organisasi kewiraswastaan ditentukan oleh bagaimana sumber daya manusia berinteraksi dan bergabung untuk menggunakan sumber daya system manajemen. Faktor-faktor seperti latar belakang, umur, pengalaman yang berhubungan dengan jabatan, dan tingkat pendidikan formal kesemuanya mempunyai peranan di dalam menentukan tingkat ketepatan posisi individu-individu pada organisasi kewiraswastaan.
Langkah-langkah penyediaan sumber daya manusia :
  1. Perekrutan karyawan
Penarikan tenaga kerja adalah langkah pertama di dalam menyediakan sumber daya manusia bagi organisasi kewiraswastaan setiap kali terdapat posisi yang kosong.
  1. Seleksi calon karyawan
Seleksi tenaga kerja adalah penyaringan awal dari calon sumber daya manusia yang tersedia untuk mengisi suatu posisi. Tujuannya adalah untuk memperkecil hingga jumlah yang relatif sedikit calon karyawan dari mana seseorang akhirnya akan disewa.
  1. Pelatihan karyawan
Pelatihan karyawan adalah keterampilan yang diajarkan pihak perusahaan kepada karyawannya.
  1. Penilaian hasil kerja
Penilaian tentang hasil kerja yang telah dilakukan oleh karyawannya, apakah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Pengertian Seleksi adalah pemilihan individu untuk disewa dari semua individu-individu yang telah direkrut. Langkah-langkah dalam melakukan proses seleksi:
1)      Penyaringan Pendahuluan dari rekaman, berkas data, dll
2)      Wawancara Pendahuluan
3)      Tes Kecerdasan (Intelegence)
4)      Tes Bakat (Aptitude)
5)      Tes Kepribadian (Personality)
6)      Rujukan Prestasi (Performance References)
7)      Wawancara Dianostik
8)      Pemeriksaan Kesehatan
9)      Penilaian Pribadi

Sumber :

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Material Requirements Planning

Terdapat 2 jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan yang tak tergantung (independent demand) dan kebutuhan yang tergantung (dependent demand). Kebutuhan disebut tidak tergantung bila kebutuhan untuk suatu item tidak adahubungannya dengan item yang lain. Kebutuhan tak tergantung biasanya menunjukkan pola yang kontinu tetapi berfluktuasi karena pengaruh acak dari pasar, seperti produk jadi dan suku cadang. Kebutuhan disebut tergantung bila ada hubungan langsung antara suatu item dengan item-item yang lain (parent item) pada level yang lebih tinggi. Kebutuhan untuk item-item yang bersifat dependent merupakan hasil dari kebutuhan yang disebabkan oleh penggunaan item-item tersebut dalam memproduksi item yang lain. Perencanaan kebutuhan material digunakan untuk kebutuhan yang tergantung (dependent demand). Material requirements planning adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk produksi menjadi kebutuhan bersih (net requirement) untuk semua item (Nasution dan Prasetyawan, 2008).
Perencanaan kebutuhan material merupakan suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi. Teknik material requirements planning dapat digunakan untuk merencanakan bahan yang dibutuhkan dan diterima saat yang tepat, dengan jumlah yang sesuai dan tanpa menimbulkan persediaan yang berlebihan (Herjanto, 2008).

Tujuan Material Requirements Planning
Sistem material requirements planning dimaksudkan untuk mencapai beberapa tujuan. Tujuan penggunaan material requirements planning yang pertama adalah meminimalkan persediaan, menentukan dengan tepat kebutuhan komponen yang diperlukan untuk memenuhi jadwal induk produksi. Kedua menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk produksi dan dengan metode ini pengadaan atau pembelian atas komponen-komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja, sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan. Ketiga mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman. Material requirements planning mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan komponen sehingga dapat memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang dapat mengakibatkan terganggunya rencana produksi (Herjanto, 2008).

Ciri-ciri Sistem Material Requirements Planning
Terdapat empat kemampuan yang menjadi ciri utama material requirements planning. Pertama mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat. Menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus selesai (atau material harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan dalam jadwal induk produksi. Kedua pembentukan kebutuhan minimal setiap item. Kebutuhan akan produk akhir yang telah diketahui, membuat material requirements planning dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item. Ketiga menentukan pelaksanaan rencana pemesanan. Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat di pabrik sendiri. Keempat menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan. Kapasitas yang ada jika tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka material requirements planning dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis. Penjadwalan ulang ini jika masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan (Nasution dan Prasetyawan, 2008).

Input dan Output Sistem Material Requirements Planning
Terdapat 3 input yang dibutuhkan oleh sistem material requirements planning. Pertama adalah jadwal induk produksi, didasarkan pada peramalan atas independent demand dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Kedua adalah catatan keadaan persediaan, menggambarakan status semua item yang ada dalam persediaan. Ketiga adalah struktur produk, berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam suatu perakitan. Terdapat 4 output yang dihasilkan oleh sistem material requirements planning. Pertama adalah memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan atau direncanakan baik dari pabrik sendiri maupun dari suplier. Kedua adalah memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang. Ketiga adalah memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan. Keempat adalah memberikan indikasi untuk keadaan persediaan (Nasution dan Prasetyawan, 2008).

Asumsi-asumsi Material Requirements Planning
Sistem material requirements planning memiliki beberapa asumsi yang harus dipenuhi sebelum digunakan. Asumsi yang pertama adalah adanya data file yang terintegrasi. Kedua adalah waktu ancang untuk semua item diketahui. Ketiga adalah setiap item persediaan selalu ada dalam pengendalian. Keempat adalah semua komponen untuk suatu perakitan dapat disediakan pada saat perakitan akan dilakukan. Kelima adalah pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrit. Keenam adalah proses pembuatan suatu item tidak bergantung terhadap proses pembuatan item lainnya (Nasution dan Prasetyawan, 2008).

Langkah-langkah Dasar Pengolahan Material Requirements Planning
Sistem material requirements planning dapat berjalan dengan baik apabila seluruh syarat dan asumsi telah terpenuhi. Adapun langkah-langkah mendasar pada proses pengolahan material requirements planning adalah sebagai berikut (Nasution dan Prasetyawan, 2008):
1.        Netting (Perhitungan Kebutuhan Bersih)
Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Data yang diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini adalah kebutuhan kotor untuk setiap periode, persediaan yang dipunyai pada awal perencanaan dan rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan.
2.        Lotting (Penentuan Ukuran Lot)
Lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih. Terdapat banyak alternatif untuk menghitung ukuran lot. Beberapa teknik diarahkan untuk biaya set up dan biaya simpan, ada juga yang bersifat sederhana dengan menggunakan jumlah pemesanan tetap atau dengan periode pemesanan tetap yang biasa dikenal dengan sebutan teknik lot for lot.
3.        Offsetting (Penetapan Besarnya Lead Time)
Langkah ini bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh dengan cara mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan besarnya lead time.
4.        Explosion
Explosion merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item atau komponen yang lebih rendah didasarkan atas rencana pemesanan. Data mengenai dua struktur produk dalam proses explosion ini sangat memegang peranan karena atas dasar struktur produk inilah proses explosion akan berjalan dan dapat menentukan ke arah komponen mana harus dilakukan explosion.

Mekanisme Dasar dari Proses Material Requirements Planning
Istilah-istilah yang terdapat dalam material requirements planning diantaranya adalah gross requirements (kebutuhan kotor) adalah keseluruhan jumlah item atau komponen yang diperlukan pada suatu peroiode. Schedule receipts (SR) atau penerimaan yang dijadwalkan adalah jumlah item yang akan diterima pada suatu periode tertentu berdasarkan pesanan yang telah dibuat. On-hand inventory (OI) atau persediaan di tangan merupakan proyeksi persediaan yaitu jumlah persediaan pada akhir suatu periode dengan memperhitungkan jumlah persediaan yang ada ditambah dengan jumlah item yang akan diterima atau dikurangi dengan jumlah item yang dipakai atau dikeluarkan dari persediaan pada periode tersebut. Project Available merupakan kuantitas yang diharapkan ada dalam persediaan pada akhir periode dan tersedia untuk penggunaan dalam periode selanjutnya. Net requirements (kebutuhan bersih) adalah jumlah kebutuhan bersih dari suatu item yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu periode yang akan datang. Net requirements dan project available dihitung berdasarkan formula berikut (Gaspersz, 1998).
Project On Hand = On hand periode awal + SR - GR
Project Available = On hand periode awal + SR + PORt - GR
NR = GR + Alokasi + Safety Stock – SR – Project Avaible periode lalu
Planned order releases (PORel) atau pelepasan pemesanan yang direncanakan adalah jumlah item yang direncanakan untuk dipesan untuk dapat memenuhi perencanaan pada masa yang akan datang. Current inventory adalah jumlah material yang secara fisik tersedia dalam gudang pada awal periode. Allocated adalah jumlah persediaan yang telah direncanakan untuk dialokasikan pada suatu penggunaan tertentu. Lead time adalah waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan atau membuat suatu barang sejak saat pesanan atau pembuatan dilakukan sampai barang itu diterima atau selesai dibuat. Lot size merupakan kuantitas pesanan atau order quantity dar item yang memberitahukan material requirements planning berapa banyak kuantitas yang harus dipesan. Safety stock merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh perencana material requirements untuk mengatasi fluktuasi permintaan atau penawaran. Planning horizon merupakan bayaknya waktu ke depan yang tercakup dalam perencanaan.
Metode lot untuk lot (lot for lot, LFL) atau dikenal juga sebagai metode persediaan minimal, berdasarkan pada ide menyediakan persediaan atau memproduksi sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin. Jumlah pesanan sesuai dengan jumlah pesanan sesuai dengan jumlah yang sesungguhnya diperlukan lot untuk lot ini menghasilkan tidak adanya persediaan yang disimpan, sehingga biaya yang timbul hanya berupa biaya pemesanan saja. Metode lot for lot mengandung resiko, yaitu jika terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang, jika persediaan bahan baku mengakibatkan terhentinya produksi, jika persediaan berupa barang jadi menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan pelanggan. Perusahaan yang menjual barang yang tidak tahan lama (perishable products), metode ini merupakan pilihan yang terbaik (Herjanto, 2008).
Metode penyeimbangan sebagian periode (part period balancing, PPB) merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan memperkecil biaya total persediaan. Metode ini seperti economic order quantity, metode ini berusaha untuk membuat biaya penyimpanan sama dengan biaya pemesanan. Berbeda dengan model economic order quantity, metode ini dapat menggunakan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan, yang dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama. Ukuran lot dicari dengan menggunakan pendekatan sebagaian periode ekonomis (economic part period, EPP) yaitu dengan membagi biaya pemesanan (biaya set up untuk kasus produksi) dengan biaya penyimpanan per unit periode (Herjanto, 2008).
Kebutuhan diakumulasikan periode demi periode sampai mendekati nilai EPP. Akumulasi persediaan yang mendekati nilai EPP merupakan ukuran lot yang dapat memperkecil biaya persediaan (Herjanto, 2008).
Eqonomic order quantity (EOQ) adalah teknik pemesanan dalam manajemen pengadaan yaitu cara perhitungan pemesanan bahan baku sekali pesan atau berangsur dengan biaya paling minimum. Variabel-variabel berikut ini akan digunakan untuk menentukan biaya pesan, biaya simpan dan menghitung kuantitas pemesanan optimal (Saleh, 2012).
OI       = (Current Inventory + SR) – NR
Keterangan:
OI                          =   onhand inventory merupakan proyeksi persediaan yaitu jumlah persediaan pada akhir suatu periode dengan memperhitungkan jumlah persediaan yang ada ditambah dengan jumlah item yang akan diterima atau dikurangi dengan jumlah item yang dipakai atau dikeluarkan dari persediaan pada periode itu.
SR                          =   schedule receipt merupakan jumlah item yang akan diterima pada suatu periode tertentu berdasarkan pesanan yang telah dibuat.
Current inventory   =   jumlah material yang secara fisik tersedia dalam gudang pada awal periode.
NR                         =   net requirement atau jumlah kebutuhan bersih dari suatu item yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu periode.


Faktor-faktor Tingkat Kesulitan Material Requirements Planning
Terdapat 5 faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesulitan dalam sistem material requirements planning. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan dalam sistem material requirements planning yang pertama adalah struktur produk. Struktur produk yang kompleks pada dasarnya dapat menyebabkan terjadinya proses material requirements planning seperti net, lot, offset, dan explode yang berulang-ulang, yang dilakukukan satu persatu dari atas sampai kebawah berdasarkan tingkatannya dalam suatu struktur produk tersebut. Kesulitan tersebut sering banyak ditemukan dalam proses lot sizing, dimana penentuan lot size pada tingkat yang lebih bawah perlu membutuhkan teknik yang sangat sulit (multilevel lot sizing tecnique). Kedua adalah ukuran lot, dimana dalam suatu proses material requirements planning, terdapat berbagai macam penentuan teknik lot sizing yang diterapkan, sebab proses lotting ini merupakan salah satu fundamen yang penting dalam suatu sistem rencana kebutuhan bahan. Pemakaian serta pemilihan teknik-teknik lot sizing yang tepat sesuai dengan situasi perusahaan akan sangat membantu dan mempengaruhi keefektifan dari rencana kebutuhan bahan sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Hingga kini telah banyak dikembangkan oleh para ahli mengenai teknik-teknik penetapan ukuran lot. Sampai saat ini teknik ukuran lot dapat dibagi menjadi 4 bagian besar, yaitu teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas tak terbatas, teknik ukuran lot satu tingkat dengan kapasitas terbatas, teknik ukuran lot banyak tingkat dengan kapasitas tak terbatas dan teknik ukuran lot banyak tingkat dengan kapasitas terbatas. Dilihat dari cara pendekatan pemecahan masalah, juga terdapat dua aliran, yaitu pendekatan level by level dan period by period. Nampak jelas dalam hal ini bahwa teknik lot sizing masih dalam tehap perkembangan, khususnya untuk kasus multilevel. Ketiga adalah lead time, yaitu suatu proses perakitan tidak dapat dilakukan apabila item-item yang diperlukan dalam proses perakitan tersebut tidak tersedia dilokasi perakitan pada saat diperlukan. Proses tersebut perlu diperhitungkan masalah jaringannya yang dilakukan berdasarkan lintasan kritis, saat paling awal, atau saat paling lambat, atau suatu item dapat selesai. Persoalan yang penting dari masalah ini bukan hanya penentuan ukuran lot size pada setiap level akan tetapi perlu mempertimbangkan masalah lead time serta jaringannya yang ada. Keempat adalah kebutuhan yang berubah. Salah satu keunggulan material requirements planning dibanding dengan teknik lainnya adalah mampu merancang suatu sistem yang peka terhadap perubahan-perubahan, baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam perusahaan itu sendiri. Kepekaan ini bukan tidak akan menimbulkan masalah. Adanya perubahaan kebutuhan akan produk akhir tidak hanya mempengaruhi kebutuhan akan jumlah penentuan jumlah kebutuhan yang diinginkan, akan tetapi juga tempo pemesanan yang ada. Kelima adalah komponen umum. Komponen umum yang dimaksudkan dalam hal ini adalah komponen yang dibutuhkan oleh lebih dari satu induknya. Komponen umum tersebut dapat menimbulkan suatu kesulitan dalam proses perencanaan kebutuhan bahan khususnya dalam proses netting dan lot sizing. Kesulitan-kesulitan tersebut akan semakin terasa apabila komponen umum tersebut ada pada level yang berbeda (Nasution dan Prasetyawan, 2008).



DAFTAR PUSTAKA
  
Gaspersz, Vincent. 1998. Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II and JIT Menuju Manufakturing 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi, Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nasution, A.H dan Yudha Prasetyawan. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Saleh, Firmansyah. 2012. Jurnal: Penerapan Material Requirement Planning (MRP) Pada Sistem Informasi Pesanan dan Inventory Control. Bandung: Universitas Komputer Indonesia


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pendapat dan penilaian terhadap dosen Pengetahuan Lingkungan

Yuyun Yuniar, nama yang sudah tidak asing lagi di telinga mahasiswa/siswi Universitas Gunadarma Jurusan Teknik Industri belakangan ini. Dia adalah dosen yang mengajar di kampus saat semester 5 dengan mata kuliah Analisis Keputusan. Pada semester 6 beliau kembali mengajar saya dengan mata kuliah yang berbeda, mata kuliah yang diajarkan beliau saat ini adalah mata kuliah softskill yaitu pengentahuan lingkungan. Sejujurnya, saya kurang terlalu mengenal sosok beliau, karena menurut saya beliau sosok dosen yang kurang berbaur, dan kurang akrab terhadap mahasiswanya. Hal tersebut menyebabkan saya kurang bisa mengerjakan tugas kali ini karena disuruh memberikan pendapat tentang beliau, tetapi tugas tetaplah tugas yang harus dikerjakan apapun kondisinya. Yuyun Yuniar dosen yang menurut saya tidak pelit untuk penilaian, beliau juga dosen yang sabar dan baik menurut saya. Namun postur tubuh dan suara beliau yang kecil membuat sering kali beliau tidak dianggap di kelas karena suara yang terlalu pelan dan kelas saya tergolong kelas yang gaduh. Dan belakangan ini saya nilai Bu Yuyun adalah salah satu dosen teknik industri yang murah senyum, karena jarang sekali saya lihat dosen teknik industri yang lain yang mudah tersenyum. Mungkin itu saja penilaian saya terhadap beliau, semoga beliau bisa sukses kedepaannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Langkah-langkah perusahaan yang harus dilakukan dalam menerapkan ISO 14001

Ada berbagai tahapan diantaranya:
Tahap 1: Persiapan
-       Pembentukan Tim
-       Pembentukan Komitmen
-       Penetapan Ruang lingkup
-       Penyediaan Sumber daya
Tahap 2: Pengembangan
-       Pembuatan Kebijakan Lingkungan, Objective dan Target
-       Pembuatan Dokumen
-       Pedoman Lingkungan
-       Prosedur Lingkungan
-       Instruksi Kerja
-       Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan
-       Identifikasi dan Evaluasi pemenuhan Peraturan perundang-undangan 
Tahap 3: Penerapan
-       Sosialisasi Dokumen
-       Penerapan Sistem
Tahap 4: Evaluasi dan Monitoring
-       Internal Audit
-       Pemantauan dan Pengukuran Kinerja Lingkungan
-       Kajian Manajemen
Tahap 5: Sertifikasi
-       Pemilihan Badan Sertifikasi
-       Initial Audit
-       Main Audit/ Certification Audit
Tahap 6: Pemeliharaan dan Improvement
-       Survailance Audit
-    Re-annual

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS