https://twitter.com/rhezafido8. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Me

Me

Menceritakan Contoh Kasus dalam Penanganan Sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta

Analisis SWOT dalam Penanganan Sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta

1.      Pendahuluan
Seperti halnya dengan Negara Indonesia dan kota-kota di Indonesia lainnya, Kota Surakarta juga melakukan pembangunan di berbagai bidang. Tetapi sepertinya pembangunan di Kota Surakarta sekarang ini lebih condong ke pembangunan ekonomi dan fisik kota. Pembangunan ekonomi terlihat dari munculnya pabrik-pabrik, sekolah, mall, rumah sakit, apartemen dan saranasarana umum lainnya yang dapat meningkatkan investasi dan pendapatan asli daerah. Sedangkan pembangunan fisik kota terlihat dari renovasi Manahan, renovasi Taman Balekambang, taman di dekat terminal tirtonadi, relokasi PKL di Banjarsari ke Pasar Notoharjo, perbaikan pasar legi, pasar Nusukan, dan lain-lain.
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kota Surakarta mendorong penduduk yang tinggal di desa atau daerah lain untuk pindah ke Kota Surakarta sehingga mengakibatkan  eningkatnya arus urbanisasi. Pertambahan penduduk baik karena pertambahan alamiah atau karena urbanisasi telah mengakibatkan semakin tingginya jumlah sampah yang dihasilkan tiap hari. Sampah yang dihasilkan pada dasarnya merupakan sebuah konsekuensi dari aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia pasti akan menghasilkan sampah yang jumlahnya akan sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau sesuatu yang kita gunakan sehari-hari.

2.      Permasalahan
TPA Putri Cempo sebagai satu-satunya tempat pembuangan akhir sampah di Kota Surakarta kondisinya sudah mulai overload. Seperti diungkapkan oleh Kepala Seksi Kebersihan Lingkungan, Bapak Gatot Susanto bahwa kapasitas TPA sudah maksimal. Sebenarnya TPA sudah tidak mampu menampung sampah. Pernyataan tersebut didukung oleh Staf Seksi Pemusnahan Sampah TPA Putri Cempo, Bapak Susianto. Beliau mengatakan bahwa TPA Putri Cempo pada awalnya diprediksi akan beroperasi selama 15 tahun. Namun sampai sekarang masih beroperasi dan lahan yang tersisa hanya tinggal 1 hektar (majalah Visi, 2008 : 35). TPA Putri Cempo dibangun pada tahun 1986 dan mulai beroperasi pada tahun 1987. usia teknisnya 15 tahun. Berarti TPA Putri Cempo seharusnya sudah tidak digunakan lagi mulai tahun 2002, tapi kenyataannya sampai sekarang TPA Putri Cempo masih digunakan sebagai satu-satunya TPA di Kota Surakarta.
Kondisi TPA Putri Cempo yang bermasalah diperparah lagi dengan kondisi peralatan yang ada di TPA Putri Cempo. Sebanyak tiga Bulldozer sudah tidak memadahi. Selain itu, peralatan backhoe dan wheel loader sudah overhole (Joglosemar, 24 November 2008, hal. 4). Pada tahun 2007 dan 2008, Kota Surakarta gagal meraih Adipura dan kegagalan itu dikabarkan karena masalah sampah. Pelaksana Tugas Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik dan Usaha Skala Kecil, Kementrian Lingkungan Hidup, Tri Bangun L Soni mengatakan bahwa dari segi fisik penampilan kota baik kebersihan kota, keindahan taman, jalan dan sebagainya Surakarta meraih nilai tinggi tetapi giliran pengelolaan sampah nilai yang diperoleh jauh dari kota-kota yang lain (http://promojateng-bikk.com). Apalagi sekarang ini sektor pariwisata sedang gencar dikembangkan di Kota Surakarta sehingga tentu menuntut adanya lingkungan yang bersih dan indah agar mampu menarik wisatawan.
Pembangunan TPA Putri Cempo pernah membuat prestasi membanggakan bagi Kota Surakarta yaitu pada tahun 1986 sampai 1992 Surakarta berhasil meraih penghargaan Adipura dan Adipura Kencana dari pemerintah pusat. Salah satu kunci sukses dalam meraih penghargaan tersebut adalah model pengelolaan sampah yang digunakan yaitu Sanitary Landfill. Namun sejak tahun 1993 karena keterbatasan biaya dan tenaga Sanitary Landfill diganti Open Dumping. Pada awal penerapannya Open Dumping menjadi solusi alternatif penanganan sampah di TPA Putri Cempo. Namun ketika lahan di TPA Putri Cempo semakin terbatas, kelemahan dari Open Dumping mulai terlihat. Sampah menjadi tidak tertata rapi dan mengundang banyak lalat.

3.      Kesimpulan

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah sampah di Kota Surakarta mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 sebesar 277,80 ton per hari, kemudian meningkat menjadi 281,00 per hari pada tahun 2007. Sedangkan jumlah sampah yang terangkut per hari justru mengalami penurunan yang semula pada tahun 2006 sebesar 236,98 ton menurun menjadi 223,71 ton pada tahun 2007, sehingga sampah yang terkumpul di TPA pun mengalami penurunan yaitu pada tahun 2006 sebesar 86.498,070 ton menjadi 81.654.278 ton pada tahun 2007. Penurunan jumlah sampah yang terangkut per hari ini kemungkinan dikarenakan kurangnya tenaga penanganan sampah maupun sarana penanganan sampah sudah banyak yang rusak atau melebihi umur teknis pemakaian.

Dari berbagai gambaran diatas, sepertinya penanganan sampah yang dilakukan oleh DKP Kota Surakarta masih belum maksimal. Supaya penanganan sampah dapat maksimal maka dibutuhkan adanya perencanaan strategis yang baik dan jelas. Berdasarkan hasil prasurvey yang telah dilakukan peneliti tanggal 25 November 2008 melalui analisis dokumen, ditemukan adanya kelemahan dalam perencanaan strategis di DKP Kota Surakarta. Kelemahan perencanaan strategis tersebut terkait lingkungan internal dan eksternal (Analisis SWOT) yang belum dianalisis secara mendalam.



Sumber referensi:

https://idtesis.com/analisis-swot-dalam-penanganan-sampah-oleh-dinas-kebersihan-dan-pertamanan-kota-surakarta/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS