A.
Pertentangan Sosial dan Integrasi masyarakat
1.
Perbedaan kepentingan, prasangka, diskriminasi dan ethosentris
Perbedaan
kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah
laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi
kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup
individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia
akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan
akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Prasangka (prejudice)
diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu
buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Bahasa arab menyebutnya “sukhudzon”.
Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk.
Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik
terhadap sesuatu.
Distriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karekteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Distriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam mesyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri, maksudnya Etnosentrismeyaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak , dan dipergunakan tolak ukur untuk menilai dan membedakan dengan kebudayaan lain.
Distriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karekteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Distriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam mesyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri, maksudnya Etnosentrismeyaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak , dan dipergunakan tolak ukur untuk menilai dan membedakan dengan kebudayaan lain.
2. Pertentangan
Social dalam masyarakat (Contoh kasus).
Antara Minah dan Anggodo, Beda Banget!
JAKARTA,
KOMPAS.com — Mantan Sekretaris Fraksi PDI-P,
Jacobus Majong Padang, mengaku miris atas terjadinya ketimpangan hukum yang
kini sedang dipertontonkan oleh pemerintahan SBY-Boediono. Politisi yang kerap
disapa Kobu ini berujar, kaum Marhaen—sebutan kaum proletar—kini seakan makin
diproklamasikan tertindas, belum merdeka.
"Yang
dipertontonkan jelas sekali, perlakuan hukum yang tidak adil. Contoh konkret nenek
Minah di Banyumas, Jawa Tengah. Dia dihukum 1,5 bulan karena mencuri 3 buah
kakao di kebun. Meski sudah berusaha meminta maaf, aparat tetap menegakkan
hukum. Dalih, menegakkan hukum adil bagi yang melanggar hukum," kata Kobu,
Sabtu (21/11).
Menurut Kobu, aparat hukum dalam kasus hukum yang dihadapi Minah berusaha menegakkan hukum seakan demi keadilan. Hal ini seakan kontras dengan apa yang terjadi, baik terhadap dugaan penyuapan yang dilakukan Anggodo Widjojo, maupun kasus skandal aliran dana Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun.
Menurut Kobu, aparat hukum dalam kasus hukum yang dihadapi Minah berusaha menegakkan hukum seakan demi keadilan. Hal ini seakan kontras dengan apa yang terjadi, baik terhadap dugaan penyuapan yang dilakukan Anggodo Widjojo, maupun kasus skandal aliran dana Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun.
"Terkesan,
aparat penegak hukum ingin menutupi adanya pencurian uang negara sebesar Rp 6,7
triliun di Bank Century. Keadilan sangat mahal di negeri ini. Kaum Marhaen
memang belum merdeka. Pemerintah jangan pertontonkan ketimpangan hukum,"
kata Kobu lirih.
3.
Pengertian Integrasi Social dan Integrasi Nasional
Bersatunya
perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat multikultural merupakan salah
satu penyebab yang akan membawa masyarakat ke arah integrasi. Apakah integrasi
sosial itu? Integrasi sosialadalah suatu proses penyatuan antara dua
unsur atau lebih yang mengakibatkan terciptanya suatu keinginan yang berjalan
dengan baik dan benar. Lebih lanjut jika kita masukkan ke dalam kehidupan
sosial, integrasi sosial dapat diartikan sebagai suatu proses mempertahankan
kelangsungan hidup masyarakat sebagai sebuah sistem
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan
secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang
sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini
membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam
Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk
kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga
akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya
yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda
pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
4.
Contoh Kasus Tentang Integrasi Social.
Tahun 2012 Masih Rentan Konflik Sosial
JAKARTA,
KOMPAS.com -- Gerakan radikalisme dan konflik
sosial diprediksi masih akan terus terjadi pada tahun-tahun mendatang. Pada
tahun 2012, pemerintah dan khususnya aparat keamanan, harus mewaspadai
terjadinya aksi radikalisme yang terdiri dari konflik-konflik sosial dan
kekerasan atas nama agama.
Demikian
diungkapkan Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Lazuari Birru, Dhyah Ruth, Jumat
(3/2/2012) di Jakarta. Menurut Dhyah, radikalisme yang terkait dengan
konflik-konflik sosial bersumber dari deprivasi ekonomi, yaitu perasaan
terpinggirkan secara ekonomi.
Selain
itu, menurut Dhyah, karena adanya perasaan kalangan masyarakat yang
teralienasi, yaitu perasaan terasing hidup di lingkungan sendiri. Lalu, adanya
perasaan terancam dari kelompok masyarakat, yaitu perasaan bahwa posisinya
dilemahkan atau tertekan.
Kelompok
radikal, kata Dhyah, berpotensi besar melakukan infiltrasi terhadap
konflik-konflik sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Isu-isu
marginalisasi, kesenjangan ekonomi, dan kemiskinan, tetap menjadi fokus
kampanye kelompok radikal.
Selain
itu, pertentangan kelas juga menjadi isu yang sangat mudah dimanfaatkan
kelompok-kelompok tertentu untuk menyulut kekerasan. Misalnya, buruh dengan
pengusaha atau petani dengan pengusaha agrobisnis atau perkebunan.
Dhyah
mengungkapkan, dari survei indeks radikalisme Lazuardi Birru tahun 2011,
kelompok pekerjaan petani, nelayan dan peternak memiliki indeks kerentanan
tertinggi, yaitu 46,4. Kemudian, kelompok pengangguran memiliki skor indeks
kerentanan 44,8, dan kelompok buruh dan pekerjaan serabutan mencapai 43.9.
"Skor
itu berada di atas titik aman, yaitu 33,3. Skor 0 menunjukkan tidak radikal dan
skor 100 menunjukkan sangat radikal," jelasnya.
5.
Contoh Kasus Tentang Integrasi Nasional
Ketua UmumHimpunun Pemuda Huamual
Maluku(Care)-Titik
krusial integrasi nasional menyangkut pengelolaan politik yang berkembang dalam
sistem politik suatu negara pada gilirangnyaakan sangat di tentukan oleh
nilai-nilai kehidupan politik suatu negara,apakah itu bersifat
demokrasi atau tidak,untuk indonesia sebagai suatu negara yang sangat hetoregen
latar belakang budaya,agama,keadaan geografis dan ikatan emosional warga
lainnya,demokratisasi harus di jadikan komitmnen bersama untuk di wujudkan.
Indonesia
adalah salah satu negara yang sedang dan dalam proses menjalangkan demokrasi
secara baik,,hal ini terlihat ketika pemilihan kepala daerah, DPR, MPR, DAN
PRESIDEN secara langsung di lakukan,demokrasi yang di jalankan rakyat indonesia
adalah demokrasi yang terpimpin,demokrasi yang dari rakyat oleh rakyat dan
kepada rakyat, dan rakyat, wakil rakyat, pemerintahlah, yang menentukan arah
menuju indonesia yang lebih baik.
Masalah
fundamental yang melatari pentingnya kemandirian partai politik dan kontrol
terhadap penyelengaraan negara atau kekuasaan tidak bisa di lepaskan dari
proses demokratisasi,demokratisasi, bagaimanapun,harus tetap berjalan dengan
proses gradual yang menyentuh seluruh level kehidupan berbangsa.era multi
partai telah memunculkan afiliasi politik (publik) menjadi kristalisasi
ideologi kepentingan yang saling berbeda, pilihan publik terhadap partai
politiknya tak lagi di kontrol seperti dulu,akhirnya keberlangsungan
penyelenggaraan negara atau kekuasaan tidak dapat lagi di paksakan sebagai
kepentingan penguasa saja,tetapi semata-mata kepentingan publik,
Hal
ini menjadi kondisi riil saat ini,karenanya menjadi problem polkitik
kontemporer yang di hadapi dan perlu di selesaikan bangsa ini,demokrasi telah
menjadi ancaman bagi integrasi nasional yang sudah di bangun selama beberapa
dasawarsa.letupan-letupan di berbagai daerah adalah akses langsung dari
terbukanya kran kebebasan politik tanpa infrastruktur budaya politik yang
memadai,
Setelah
runtuhnya sistem pengendalian partisipasi yang di jalankan dengan cara refresif
pada kurun waktu yang panjang selama berlakunya rezim orde baru,terjadinya
fenomena melemahnya peranan negara dalam mengelola negara dalam mengelola
kehidupan bermasyarakat,sikap antusias masyarakat dalam mengambil alih peran
negara tersebut tampaknya menjadi ujian tersendiri di tengah segala
keterbatasan sumber daya yang di miliki. Hal ini berkembang di tengah upaya
konsilidasi kekuatan negara ke arah demokratisasi yang masih di pertanyakan
arahnya, mengingat masih kuatnya tarik-menarik antar berbagai kepentingan.
Diferensiasi
pilihan politik memang memiliki berbagai konsekuensi bagi kehidupan bangsa
secara keseluruhan,apapun pilihan dan kepentingan politik kita,ia semestinya
tetap berada dalam koridor kepentingan bersama yaitu terpeliharanya intergarsi
bangsa,artinya tidak ada pilihan yang benar-benar mutlak berdiri sendiri
sebagai satu-satunya entitas,semuanya memiliki ketergantungan secara alamiah
karena kodrat manusia sebagai mahluk sosial,
Masalah
kualitas integrasi bangsa ini lihat dari dua dimensi intergarsi politik menurut
akbar tanjung ,yaitu pertama adalah dimensi vertikal (elit masa) dan dimensi
horisontal atau teritorial (antar masa,baik dalam satu wilayah maupun antar
wilayah berbeda)
Integrasi
politik berdimensi vertikal,bertujuan untuk menjembatani celah perbedaan yang
mungkin ada antara elit dengan masa dalam rangka pengembangan proses politik
terpadu,sedangkan dimensi horisontal,atau yang kita kenal sebagai dimensi
teritorial bertujuan untuk mengurangi ketegangan kultur kedaerahan dalam rangka
proses penciptaan suatu masyarakat politik yang homogen,ini berarti proses
politik dan sistem politik suatu negaralah yang akan menentukan ke arah manan
pencapaian tujuan integrasi nasional dapa6t di lakukan.
Apakah
sistem demokrasi yang di pilih indonesia terbebas dari pemaksaan keseragaman.indonesia
belum secara konsisten menerapkan demokrasi dalam arti kata negara moderen yang
membatasi kekuasaan berdasarkan fungsi resminya.pengelolaan kehidupan politik
saat ini juga akan mempengaruhi hasilnya bagi kehidupan intergrasi pada masa
depan,dalam artian apakah intergrasi ini terjadi melalui cara,di paksa
atau,terpaksa,
Dari
pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa demokrasi memberikan prasyratan
tentang kewajiban seluruh anak bangsa untuk terus menerus menjaga proses
demokrasi yang sedang berjalan,dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa di antara sesama masyarakat yang berbeda beda suku agama,tetapi
sebagai warga yang baik tetap menjaga proses demokrasi sehingga tidak ternoda
oleh kepentingan kelompok atau perorangan.
Demokrasi
memberikan nilai politik yang baik kepada kita sehingga demokrasi indonesia
bisa menjadi contoh buat negara negara yang sedang menerapkan demokrasi
tersebut, ada juga masalah etika dan solidaritas dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara,etika juga di tunjukan sehingga indonesia menjadi negara yang
walaupun berbeda beda suku,agama,dan budaya tetapi sangat menghormati dan
menghargai sesama kelompok dan menghormati warga negara lainnya.(UW).
B.
Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan, sebagai objek, merupakan himpunan informasi yang berupa
pengetahuan ilmiah tentang gejala yang dapat dilihat, dirasakan, atau dialami.
Gejala tersebut dapat berupa gejala alam (seperti angin, air, gempa bumi,
ombak, gerak benda, dsb.) atau gejala sosial (seperti masyarakat bangsa, unjuk
rasa, kemiskinan, kemakmuran, keterasingan, dsb.), ataupun gejala pikir, yang
abstrak wujudnya, seperti konsep-konsep tentang bilangan dan himpunan di dalam
matematika. Masalah yang menjadi perhatian di dalam aktifitas ilmu pengetahuan
adalah pencarian kejelasan dan perumusan penjelasan mengenai struktur, fungsi
dan pola-laku gejala-gejala, baik gejala alam, gejala sosial, maupun gejala
pikir.
2. Pengertian Teknologi
Pengertian Teknologi Informasi atau disingkat dengan TI atau dalam bahasa
inggrisnya disebut dengan Information Technology yang
disingkat dengan IT. Dalam hal ini, pengertian teknologi informasi merupakan
istilah yang umum yang memberikan penjelasan tentang segala teknologi yang
dapat membantu manusia untuk menyimpan, membuat, mengubah, mengkomunikasikan,
dan juga menyebarkan informasi.
Pengertian teknologi informasi juga merupakan seperangkat sarana atau alat yang
berguna untuk membantu pekerjaan anda dengan informasi dan melaksanakan tugas
yang ada hubungannya dengan pemrosesan dalam informasi. Dijelaskan dalam pengertian
TI(Teknologi Informasi) ini bahwa Teknologi Informasi tersebut
sebagai sarana atau alat yang dipakai dalam melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan informasi. Di pengertian TI tersebut juga dijelaskan bahwa
hasil informasi yang diolah tersebut prosesnya memakai suatu alat. Alat
tersebut yaitu berupa komputer dan juga program-progamnya.
3. Ciri-ciri Fenomena Teknik pada
Masyarakat
Ayo coba dibaca dibawah ini merupakan ciri-ciri dari fenomena teknik pada
masyarakat, yaitu sebagai berikut Rasionalistas, artinya tindakan
spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan
perhitungan rasional. Artifisialitas, artinya selalu membuat
sesuatu yang buatan tidak alamiah. Otomatisme, artinya dalam hal
metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga
dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan
teknis.Teknik berkembang pada suatu kebudayaan. Monisme, artinya
semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung. Universalisme,
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ideologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan. Otonomi artinya teknik berkembang
menurut prinsip-prinsip sendiri.
4. Ciri-ciri Teknologi Barat
Untuk para sahabat yang ingin mengetahui ciri-ciri dari teknologi barat silakan
saja baca dibawah ini ^___^
Bersifat
Intensif pada semua kegiatan manusia.
Cenderung bergantung pada sifat ketergantungan.
Selalu berpikirbahwa barat adalah pusat dari segala teknologi.
Cenderung bergantung pada sifat ketergantungan.
Selalu berpikirbahwa barat adalah pusat dari segala teknologi.
5.
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami
istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya
dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut
ilmiah yang telah mapan,dll.
6.
Ciri-ciri manusia yang hidup dibawah garis kemiskinan :
- Tidak memiliki
factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan.
- Tidak memiliki
kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,
seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha.
- Tingkat pendidikan
mereka rendah, tidak sampai taman SD.
- Kebanyakan tinggal
di desa sebagai pekerja bebas
- Banyak yang hidup
di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
7.
Fungsi kemiskinan :
- Fungsi Ekonomi :
penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial ,
membuat lapangan kerja baru dan memanfaatkan pemulung dalam mengumpulkan
barang bekas.
- Fungsi sosial :
Menimbulkan rasa simpatik, sehingga munculnya badan amal dan zakat untuk
menolong kaum miskin yang ada.
- Fungsi cultural :
Sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat, sumber inspirasi sastawan dan
memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
- Fungsi politik :
sebagai kaum yang merasakan kinerja pemerintahan dalam perbaikan ekonomi,
dan sebagai kaum yang mengkritik jika perekonomian tidak mengalami
perubahan.
C.
Agama dan Masyarakat.
Definisi
agama menurut Durkheim adalah suatu “sistem kepercayaan dan praktek yang telah
dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus kepercayaan-kepercayaan
dan praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal.”
1.
Fungsi dan Peran Agama Dalam Masyarakat
Dalam
hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat
dipecahakan secara empiris
karena adanya keterbatasan kemampuan dan
ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan
fungsinya sehingga masyarakat
merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Agama dalam
masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut :
a. Fungsi
edukatif.
Agama
memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara petugas-petugasnya
(fungsionaris) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama dan
lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi)
pendalaman rohani, dsb.
b. Fungsi
penyelamatan.
Bahwa
setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun
sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam agama.
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan “makhluk
teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan
ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan.
c. Fungsi
pengawasan sosial (social control)
Fungsi
agama sebagai kontrol sosial yaitu : Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari
adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat. Agama
mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang dianggap baik) dari
serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern.
2.
Dimensi Komitmen Agama.
Perkembangan
iptek mempunyai konsekuensi penting bagi agama. Sekulerisai cenderung
mempersempit ruang gerak kepercayaan dan pengalaman keagamaan. Kebanyakan agama
yang menerima nilai- nilai institusional baru adalah agama – agama aliran semua
aspek kehidupan.
Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson:
Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson:
1. dimensi
keyakinan mengandung perkiraan/harapan bahwa orang yang religius akan menganut
pandangan teologis tertentu.
2. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
3. Dimensi pengerahuan, dikaitkan dengan perkiraan.
4. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama mempunyai perkiraan tertentu.
5. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.
2. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
3. Dimensi pengerahuan, dikaitkan dengan perkiraan.
4. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama mempunyai perkiraan tertentu.
5. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.
3.
Sebutkan 3 Tipe Kaitan Agama dengan Masyarakat.
Tipe-Tipe
Kaitan Agama dalam Masyarakat
Kaitan
agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak
menggambarkan sebenarnya secra utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954):
a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
Masyarakat
tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyrakat menganut agama
yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam
kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang
lain.
b.
Agama memasukkan pengaruhnya yang sacral ke dalam system nilai masyarakat secra
mutlak. Dalam keadaan lain selain keluarga relatif belum berkembang, agama
jelas menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat
secara keseluruhan.
c.
Masyarakat praindustri yang sedang berkembang.
Keadaan
masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi
darpada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada system nilai
dalam tiap mayarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sacral dan
yang sekular itu sedikit-banyaknya masih dapat dibedakan.
4.
Definisi Pelembagaan Agama
Pengertian agama dalam
konsep Sosiologi adalah kepercayaan terhadap hal-hal yang spiritual; perangkat
kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan
tersendiri dan ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural. Dalam
konsepsi ini, agama memiliki peranan yang paling penting dalam kehidupan
manusia. Dalam kehidupan sosial, keberadaan lembaga agama sangat mempengaruhi
perilaku manusia. Dengan agama manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk.
Pelembagaan Keagamaan adalah
organisasi yang dibentuk oleh umat beragama dengan maksud untuk memajukan
kepentingan keagamaan umat yang bersangkutan di dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
keagamaan masing-masing umat beragama.
5.
Fungsi Pelembagaan Negara
Lembaga keagamaan yang ada di Indonesia pada umumnya berfungsi sebagai berikut:
a. Tempat
untuk membahas dan menyelesaikan segala masalah yang menyangkut keagamaan.
b. Memelihara
dan meningkatkan kualitas kehidupan beragama umat yang bersangkutan.
c. Memelihara
dan meningkatkan kerukunan hidup antar umat yang bersangkutan.
d. Mewakili
umat dalam berdialog dan mengembangkan sikap saling menghormati serta kerjasama
dengan umat beragama lain.
e. Menyalurkan
aspirasi umat kepada pemerintah dan menyebarluaskan kebijakan pemerintah kepada
umat.
f. Wahana
silaturrahmi yang dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan.
6. Contoh
Kasus Konflik Tentang Agama yang ada Dalam Masyarakat.
KONFLIK AGAMA-AGAMA DI INDONESIA
KONFLIK AGAMA-AGAMA DI INDONESIA
Oleh:
Ismail Fahmi Nst
Pendahuluan
Indonesia adalah sebuah negara yang penduduknya majemuk
dari segi suku bangsa, budaya dan agama. Realitas kemajemukan tersebut,
disadari oleh para pemimpin bangsa, yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini,
dari penjajahan asing. Mereka memandang bahwa kemajemukan tersebut bukanlah
halangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan, serta untuk mewujudkan
cita-cita nasional dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Kemajemukan
tersebut termasuk kekayaan bangsa Indonesia.
Para pemimpin bangsa tersebut mempunyai cara pandang yang
positif tentang kemajemukan. Cara pandang seperti ini selaras dengan ajaran
agama yang menjelaskan bahwa kemajemukan itu, bagian dari sunnatullah. Agama
mengingatkan bahwa kemajemukan terjadi atas kehendak Tuhan yang Maha Kuasa, sehingga
harus diterima dengan lapang dada dan dihargai, termasuk di dalamnya perbedaan
konsepsi keagamaan.
Perbedaan konsepsi di antara agama-agama yang ada adalah
sebuah realitas, yang tidak dapat dimungkiri oleh siapa pun. Perbedaan –bahkan
benturan konsepsi itu- terjadi pada hampir semua aspek agama, baik di bidang
konsepsi tentang Tuhan maupun konsepsi pengaturan kehidupan. Hal ini
dalam prakteknya, cukup sering memicu konflik fisik antara umat berbeda agama.
Konflik Maluku, Poso, ditambah sejumlah kasus terpisah di
berbagai tempat di mana kaum Muslim terlibat konflik secara langsung
dengan umat Kristen adalah sejumlah contoh konflik yang –sedikit
banyak- dipicu oleh perbedaan konsep di antara kedua agama ini. Perang Salib
(1096-1271) antara umat Kristen Eropa dan Islam, pembantaian umat Islam di
Granada oleh Ratu Isabella ketika mengusir Dinasti Islam terakhir di Spanyol,
adalah konflik antara Islam dan Kristen yang terbesar sepanjang sejarah.
Catatan ini, mungkin akan bertambah panjang, jika intervensi Barat (Amerika dan
sekutu-sekutunya) di dunia Islam dilampirkan pula di sini.
Pandangan stereotip satu kelompok terhadap kelompok
lainnya, biasanya menjadi satu hal yang muncul bersamaan dengan terdengarnya
genderang permusuhan, yang diikuti oleh upaya saling serang, saling membunuh,
membakar rumah-rumah ibadah seteru masing-masing, dan
sebagainya. Umat Islam dipandang sebagai umat yang radikal, tidak
toleran, dan sangat subjektif dalam memandang kebenaran yang –boleh
jadi- terdapat pada umat.sementara umat Kristen dipandang sebagai umat yang
agresif dan ambisius yang bertendensi menguasai segala aspek kehidupan dan
berupaya menyebarkan pesan Yesus yang terakhir, “Pergilah ke seluruh dunia dan
kabarkanlah Injil kepada seluruh makhluk!” (Martius 16: 15)
Sebagian kalangan berpendapat bahwa perbedaan konsep
keagamaanlah yang menjadi sumber konflik utama antara umat manusia. Tidak dapat
dimungkiri bahwa sejumlah teks keagamaan memang mengatur masalah kekerasan
dan peperangan. Dalam tradisi Judeo-Christian, Yehweh –sebutan Tuhan dalam
Bibel- digambarkan sebagai “God of War”, sebagaimana diterangkan dalam Mazmur
18: 40- 41, “
(40)
Engkau telah mengikat pingggangku dengan keperkasaan untuk berperang; Engkau
tundukkan ke bawah kuasaku orang yang bangkit melawanku. (41) Kau buat musuhku
lari dari aku, dan orang-orang yang membenci aku kubinasakan.”[1]
Dalam Islam juga dikenal konsep jihad yang dalam sejumlah
hal berarti qital (peperangan).[2] Maka, sebagian pengamat melihat, agama
adalah sumber konflik, atau setidaknya memberikan legitimasi
terhadap berbagai konflik sosial. Ferguson (1977) mencatat, “Every major
religious tradition includes its justification for violence”. Sebagian lain
menyimpulkan bahwa agama-agama memberikan ajaran dan contoh-contoh yang
melegitimasi pembunuhan. Dalam tradisi Islam dan Kristen (bahkan Yahudi), kata
mereka, Tuhan membunuh masyarakat, dan memerintahkan masyarakat untuk melakukan
hal yang sama.[3]
Cara pandang terhadap agama dengan menempatkan agama
sebagai sumber konflik, telah menimbulkan berbagai upaya menafsirkan kembali
ajaran agama dan kemudian dicarikan titik temu pada level tertentu, dengan
harapan konflik di antara umat manusia akan teredam jika faktor “kesamaan
agama” itu didahulukan. Pada level eksoteris-seperti aspek syari’ah-
agama-agama memang berbeda, tetapi pada level esoteris, semuanya sama saja.
Semua agama kemudian dipandang sebagai jalan yang sama-sama sah untuk menuju
kepada Tuhan,[4] termasuk Islam dan Kristen.
Sehubungan dengan itu, tulisan ini bermaksud membahas
tentang: bagaimana sikap umat beragama (Islam dan Kristen) terhadap agamanya di
era millenium sekarang; dan benarkah perbedaan konsepsi agama-lah yang
menyebabkan konflik di antara kedua umat ini?
(Teori
Fungsionalis Davis)
Sumber : http://ciptadestiara.wordpress.com/category/ciri-ciri-fenomena-teknik/
Sumber : http://cahayareformasi.com/berita/2013/demokrasi-dan-masalah-integrasi-nasional/
Sumber : http://cahayareformasi.com/berita/2013/demokrasi-dan-masalah-integrasi-nasional/